Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pembelaan Untuk Dijah Yellow

“Pertentangan adalah bapak dari segala sesuatu” Ucap seorang filusuf terkenal Yunani, Herakletios. Di zamannya, Herakleitos dikenal sebagai filusuf yang angkuh. Diberbagai tulisan yang dibuat, ia tak segan untuk mencela para tokoh dan filusuf terkenal seperti Homerus, Phytagoras, Xenophanes dan Hekataios. Berbagai macam pemikirannya yang sulit dimengerti membuat ia dijuluki The Obsecure (Si Gelap).


Gue terpaksa membuka tulisan ini dengan sedikit bercerita tentang Herakletios karena beberapa waktu lalu dunia per-novel-an sedikit digemparkan oleh Dijah Yellow (Selebihnya gue sebut Lord Dijah untuk menghormati keagungan beliau) yang akhirnya menerbitkan karya terbarunya berupa novel yang berjudul Rembulan Love. Tentu Lord Dijah tidak tau siapa itu Herakleitos, bahkan gue juga pesimis jika Lord Dijah tau bendera negara Yunani itu seperti apa. Namun jika ditarik benang merah, ada beberpa persamaan antara Lord Dijah dan Herakliatos. Mereka sama-sama orang terkenal di zamannya (Ah kecuali kamu kudet), mereka sama-sama gemar mencela tokoh-tokoh terkenal. Dan mereka sama-sama mempunyai pemikiran yang sulit dimengerti kebanyakan orang. Tapi untuk menyebut Dijah Yellow adalah Herakleitosnya Indonesia, rasanya gue harus siap mental jika suatu saat Herakleitos bangkit dari kuburnya untuk menampar pipi gue dengan gulungan kertas berisi filsafat kuno.

Hinaan datang betubi tubi layaknya Galileo saat mengumumkan bahwa pusat tata surya bukanlah Bumi melainkan Matahari, tanpa dikomandoi berbagai macam cibiran muncul dimedia sosial untuk menghujat novel Rembulan Love karya Lord Dijah yang baru terbit ini. Bahkan mereka menghujat sebelum membacanya. Ah mungkin saja mereka juga bisa menghujat lagu-lagu The Beatles tanpa perlu mendengarkannya.

Ada 3 hal yang menjadi kontroversi dari terbitnya novel rembulan love

Pertama, penulis novel ini adalah Lord Dijah. Namanya sudah termasyhur dijagad Instagram. Bahkan ketenarannya bisa melebihi nama gitaris dari Maroon 5. (Serius, kamu engga akan tau siapa nama gitarisnya Maroon 5 kecuali googling dahulu). Raditya Dika pernah beucap “Jangan jadi yang paling bagus, tapi jadilah yang paling beda”, mungkin kata-kata itu menjadi password Lord Dijah untuk mencapai ketenaran. Berusahalah beda dari yang lain dan Wingardium Laviosa Dijah Yellow terbang dipuncak ketenaran.

Kehidupan Lord Dijah memang tak lepas kontroversi. Ini yang membuat dia sangat dibenci khalayak ramai. Apapun yang ia lakukan akan terlihat salah. Termasuk ketika menerbitkan novel Rembulan love. Menurut gue, berbagai macam kontroversi Lord Dijah tak lebih dari personal branding seorang entertainer. Seperti seorang Julia Perez yang memiliki personal branding perempuan seksi, Tantowi Yahya dengan personal branding kewibawannya maka Kontroversi dan alay adalah personal branding dari Dijah Yellow Untuk tetap “nge-hits” dan tetap dicaci maki. Jika kamu pecinta sepak bola, kita mengenal personal branding kontroversial ada dalam diri Jose Mourinho. Dia tetap ngehits sampai sekarang kan? (Dan tentu tetap dicaci maki oleh bukan Fans Chelsea)

Andai novel rembulan love dibuat oleh Aura kasih (tapi tentu aura kasih tidak akan sealay itu untuk menamakan novelnya) pasti hanyak sedikit orang yang akan mencibirnya. Jadi cibiran ini datang bukan karena Novel rembulan love, tapi karena apapun yang dilakukan Dijah Yellow pasti salah. Itu pointnya. Oh Lord Dijah, kutuklah mereka.

Kedua, cibiran datang karena harga novel ini tidak masuk akal, 145 ribu! Buku Raditya Dika saja hanya 59 ribu. Semoga Lord Dijah sadar bahwa buku bukanlah sebuah barang inelastis (Seperti kebutuhan pokok) yang berapapun harganya pasti dibeli. Orang tidak akan mati ketika tidak membeli sebuah buku bukan. Mungkin pemikiran Lord Dijah terilhami oleh pelelangan sebuah gitar John Lennon yang laku dengan harga 12 millyar Rupiah. Gitar tersebut pernah dipakai John Lennon ketika menciptakan lagu The Beatles Papperback Writer pada tahun 1966. Beberapa puluh tahun kedepan bukan tidak mungkin buku Lord Dijah akan melegenda layaknya gitar John Lennon. Dan dimasa depan kelak kita akan menceritakan kisah buku mahal karya Lord Dijah ke anak cucu kita, “Kamu tau cu, penyesalan terbesar dalam hidup kakek apa? Membeli buku Dijah Yellow” kemudian nama Lord Dijah akan diceritakan turun temurun dan melegenda mejadi sebuah mitos. Hidup Lord Dijah!

Ketiga, hal terakhir adalah pembuatan buku ini hanya memerlukan 10 hari. Untuk ukuran novel tergolong sangat cepat. Ini menunjukan dedikasi yang teramat tinggi dari Lord Dijah untuk menyelesaikan bukunya. Membuat 1000 candi dalam semalam saja bisa, kenapa membuat novel dalam 10 hari tidak bisa. Itulah quotes yang dipegang teguh demi memacu semangat Lord Dijah. Tapi apakah kalian yakin novel ini dibuat hanya dalam tempo 10 hari? Bisa saja Lord Dijah bohong. Sama seperti orang ditanya apakah sudah belajar untuk UAS, jawabannya belum tapi tiba-tiba nilainya paling tinggi satu sekolahan.

Seperti kalimat pertama yang gue bold dan teori yang dicetuskan oleh Friedrich Hegel tentang Tesis, antitesis dan sintesis, tulisan ini hanyalah sebuah antitesis atau kontraposisi tentang berbagai macam hujatan yang ditujukan pada Lord Dijah. Sungguh tidak adil rasanya Lord Dijah selalu dihujat tanpa adanya yang membela.

Gue akan menutup tulisan ini dengan sebuah pemikiran tekenal dari Herakleitos. Menurut Herakleitos tiap benda terdiri dari yang berlawanan, namun disetiap yang berlawanan tetap dalam persatuan. Seperti kita tidak akan bisa mengenal siang tanpa adanya malam. Kita tidak akan mengenal kehidupan tanpa adanya kematian. Dan barang tentu kita tidak akan mengenal buku yang baik tanpa adanya buku yang buruk, bukan?

38 comments for "Pembelaan Untuk Dijah Yellow"

  1. LORD DIJAH??! kayak di novel-novel jepang yoooottt...
    Raditya Dika buth waktu tahunan buat buku dan harganya cuma 59rb...dan dijah yellow hanya butuh waktu 10hari(penerus Albert Enstein kali yaakk??) kata kang sule sih 'Amazing' 'Adventure' 'Absolute'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenapa mahal? Karena yang bikin Dijah Yellow, makhluk yanga akan ada dalam 1 juta tahun sekali. Hidup Lord Dijah!

      Delete
  2. Yap bener sekali. Apa apa yang dilakukan mbak dijah selalu dihujat. dia udah punya karya sekarang. ayo kita dukung . Go dijah ! go dijah ! :D

    ReplyDelete
  3. Hahaha bener tuh, kalo aku jadi beli.. mungkin pas 30 tahun kemudian akan cerita tentang penyesalan terbesar dalam hidup ini kepada anak-anak cucu kita "penyesalan terbesar kakek adalah membeli buku novel dijah yellow yang harganya 3 kali lipat dari bukunya raditya dika" -__-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya beberapa puluh tahun lagi, akan setara dengan harga gitarnya John Lennon

      Delete
  4. wakakakampret . . Lord Dijah . .??
    Jadi pengen beli bukunya . . dan jadi pengen jadi ketua fans club Dijah Yellow . . :))

    ReplyDelete
  5. Lihat teknologi terbaru sepeda motor http://adesulaeman.blogdetik.com/2015/03/19/teknologi-pintar-honda/

    ReplyDelete
  6. gue suka postingan lo yang ini jeh, ngebela tapi tetep nyindir juga. xD tapi gue yakin, semua orang bakal membca buku Rembulan Love pada waktunya. Kalo nggak, bisa-bisa jadi arwah penasaran berjamaah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, lagi belajar nulis satir nih haha.
      Nanti kalo loe beli, gue minjem yaa, takut nanti jadi arwah penasaran

      Delete
  7. gue suka postingan lo yang ini jeh, ngebela tapi tetep nyindir juga. xD tapi gue yakin, semua orang bakal membca buku Rembulan Love pada waktunya. Kalo nggak, bisa-bisa jadi arwah penasaran berjamaah.

    ReplyDelete
  8. Waah .. postingannya gaul :D
    Keren ye, bawa-bawa Tantowi Yahya segala '_'

    btw, emang keren sih... apa yang diomongin tiap poinnya... meskipun sama kayak tulisan di blog lain, tetep aja sudut pandangnya beda. tjakep!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaah dipuji penulis idola :D
      Makasih baang :)

      Delete
  9. KEMBALIKAN WAKTU GUE YANG SUDAH TERBUANG SIA-SIA!! Hahaha. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maafkan aku telah membuang beberapa menit waktu mu kisanak

      Delete
  10. Sungguh. Gue juga salut sama dijah. Dia memanfaatkan kebiasaan orang Indonesia yang gampang nyela biar tetep eksis. Gue ngga seberani itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hanya Lord Dijah yang bisa memanfaatkan kesempatan itu

      Delete
  11. Lord Dijah, sungguh luar biasa pencapaian pencapaianmu.

    tapi maafkan saya yang tidak mampu membeli novelmu yang sangat mahal dan segmented itu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak muda, jika anda tak membelinya, anda akan menyesal dihari kelak

      Delete
  12. Gue setuju banget sama kata-katanya Radit. Jadilah yang berbeda. Dijah Yellow langsung membuktikan lewat caranya sendiri. :)
    Dijah dan Dijeh. Kalian kembar, ya? :D
    Tuh, Dijah aja bisa bikin novel 10 hari. Skripsi lu berapa hari? *eh
    Nggak coba minta bantuan sama Dijah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku cuma kutilnya Dijah Yellow yang dikutuk jadi manusia
      kalo dia yang ngerjain skripsi gue, kasian dosen pembimbingnya

      Delete
  13. Lord Dijah orang mana? Lord Dijah novelis tahun berapa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu tau buku habis gelap terbitlah terangnya Kartini? itu editornya Dijah Yellow

      Delete
  14. Dijah yellow masih aja ada di dunia maya x____x

    ReplyDelete
  15. Lord Dijah.. Emang dia lebih paten apah dari Voldemort? Hih! -_-

    ReplyDelete
  16. Udah 2 postingan tentang dijah yellow gue baca. Gue pengen gumoh, njerrr~

    ReplyDelete
  17. apa daya niat hati beli novel lord dijah saking penasarannya, tapi biaya hidup ane di kos 120 ribu seminggu ;v

    ReplyDelete
  18. Jangan dibully melulu, saya kalah sama Dijah Yellow dari dulu nulis naskah gak kelar2, eh dia dua minggu doang langsung jadi.. gileeeeeee..

    All hail Lord Dijah..

    ReplyDelete
  19. saya harus mengatakan bahwa secara keseluruhan saya benar-benar terkesan dengan blog ini.
    Ngintip Janda Muda Ngentot Sama Pak Rt Di Kosan

    ReplyDelete
  20. eh yg udh baca bukunya, itu ttg apaan sih :D?

    ReplyDelete
  21. Hahahahaha ini lucu banget sumpah !! :D :D :D

    ReplyDelete